Kamis, 19 Agustus 2010

C.O.V.E.R (part 2)

PART 2
Seperti yang pernah saya alami sebelumnya. Waktu itu saya bertemu dengan seorang wanita yang penampilannya biasa-biasa saja alias tidak fashionable. Hal pertama yang saya pikirkan adalah saya merasa dia pendiam dan tertutup orangnya. Tapi ketika saya telah mengenal orang itu dengan baik, saya menyadari sesuatu yang lebih dari diri dia. Ternyata dia anak yang baik, pintar, berwawasan luas dan bisa mendengarkan cerita-cerita saya (setiap orang bisa mendengar tapi sedikit yang bisa mendengarkan). Saya beruntung bisa menjadi teman baiknya hingga saat ini. Walaupun sekarang dia kuliah di tempat yang berbeda dengan saya, namun kami bisa saling mendukung dan menyempatkan waktu untuk sekedar ngobrol atau jalan-jalan.

Lain lagi halnya ketika saya berada di bangku SMA. Banyak orang yang mengira saya itu seorang wanita yang bisanya hanya have fun and spend lots of money. Ada juga yang mengira saya wanita “nakal” karena telinga saya ditindik 6 dan merokok pula. Tapi itu semua hanyalah penampilan saya yang sehari-hari mereka lihat dari luar. Mereka tidak pernah tahu sebenarnya diri saya seperti apa karena mereka tidak mau mengenal saya lebih dalam lagi.

Dengan pengalaman-pengalaman berharga itu, saya mendapat kesimpulan bahwa tidak semua yang kita lihat itu karakter mereka. Kita harus bisa membuktikannya dengan mengenal baik orang tersebut, barulah kita bisa menyimpulkan seperti apa diri mereka sebenarnya. Tidak semua yang kita lihat itu nyata...

C.O.V.E.R (part 1)


First, i would like to thank to CHRISTIAN NATASAPUTRA for teaching me how to make a blog.. ^^
About my blog title “C.O.V.E.R : You just see the outside, but you don’t know what is in inside” :
PART 1
Banyak orang yang menilai sesuatu dari penampilannya. Kita jarang menemui orang yang menilai sesuatu dari dalamnya. Seperti ketika kita pergi ke toko buku, sebelum kita memutuskan untuk membeli sebuah buku, pasti kita melihat dulu sampulnya. Jika sampul bukunya menarik, baru kita lihat sinopsis atau  ringkasan ceritanya. Sama seperti ketika kita pergi ke toko baju. Pertama-tama kita lihat-lihat dulu mana baju yang sesuai dengan selera kita. Jika sudah sesuai, barulah kita mencobanya dan kemudian membelinya.
Sekarang, pernakah kita menyadari kalau semua kebiasaan itu juga kita pakai untuk menilai seseorang? Ketika kita sedang berjalan di mal atau tempat ramai lainnya, kita melihat penampilan orang lain dengan beribu-ribu pendapat tentang mereka di kepala kita. Sama juga ketika kita berkenalan dengan orang untuk pertama kalinya. Biasanya kita melihat dulu penampilan mereka, apakah rapi, berantakan, biasa saja, fashionable, ditato, ditindik dan sebagainya. Pertanyaannya, apakah yang kita lihat itu diri mereka yang sesungguhnya atau hanyalah ilusi belaka?

Senin, 16 Agustus 2010

testing...

cek cek..
satu dua tiga..
cek cek...
test test..
testing testing..
satu tetes langsung bunting...
wkwkwkwkwkwkwkwkw..